Saya sering mendengar sebuah pepatah
bahwa “Bahasa adalah alat pemersatu bangsa”. Kalimat itu mungkin memang tidak
asing di telinga kita. Bahasa Indonesia sendiri, adalah bahasa utama dari
identitas bangsa Indonesia. Wilayah Indonesia sangat luas terdiri dari berbagai
suku, ras, agama, maupun bahasa. Ada berbagai macam bahasa dari tiap daerah
diantaranya, ada bahasa batak, bahasa bugis, bali, sunda, maupun bahasa jawa. Dari
berbagai keanekaragaman tersebut membuat Indonesia semakin berwarna dan kaya
akan budaya.
Tinggal dan dibesarkan di tanah Jawa membuat
saya banyak banyak belajar budaya Jawa. Di mana budaya Jawa mengajarkan kita
untuk saling menjunjung tinggi tata krama. Mulai dari belajar menghormati orang
tua dengan bahasa, tingkah laku, maupun tutur kata. Saling menghormati dan
menghargai antara yang muda dan tua jadi kunci utama budaya jawa. Salah satu
bentuk menghargai antara yang muda dengan yang tua adalah dengan berkomunikasi.
Caranya pun berbeda antara komunikasi dengan anak muda kepada orang tua,
ataupun antar anak muda dengan anak muda. Cara berkomunikasi dalam budaya Jawa
ini lebih dikenal dengan sebutan Bahasa Krama atau “boso kromo”.
Bahasa Krama sendiri merupakan bahasa
yang digunakan oleh masyarakat Jawa sendiri khususnya. Menggunakan bahasa Krama
sendiri ini sangat baik untuk berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau
yang lebih dihormati. Bahasa Krama juga memiliki banyak tingkatan-tingkatan,
untuk berkomunikasi dengan siapa lawan bicaranya. Salah satu bentuk bahasa
Krama yang sering diajarkan disekolah-sekolahan adalah bahasa krama inggil atau bisa juga disebut bahasa
krama alus. Salah satu contoh adalah
ketika kita berbicara dengan teman kita, wes
mangan durung? Kalimat tersebut merupakan bahasa jawa ngoko yang artinya sudah
makan belum?. Akan tetapi menjadi beda bahasa ketika kita sedang berbicara
dengan orang tua kita yang menggunakan basa Krama inggil, bapak sampun dhahar menopo dereng?. Artinya sama yaitu menanyakan sudah makan apa belum?. Akan tetapi
bahasa jawa tersebut digunakan untuk menghormati orang tua, nada gaya bicarapun
juga berbeda. Jika bahasa ngoko
merupakan bahasa yang digunakan dengan nada bicara sedang, berbeda dengan
bahasa Krama inggil yang nada
bicaranya halus, penuh sopan santun dan lebih tertata dengan baik.
Namun, di era sekarang penggunan bahasa Krama inggil sudah
mulai agak dilupakan. Di mana tempat saya tinggal yaitu di kota Semarang,
penggunan bahasa ini nampaknya tidak semuanya paham betul. Walaupun mungkin di sekolah-sekolah dasar yang
berada di Semarang khususnya, pelajaran bahasa Krama inggil ini masih diajarkan. Tetapi
nampaknya bahasa asing sekarang lebih mendominasi. Banyak tempat les bahasa
asing yang mulai dipadati murid-murid. Sepertinya orang tua di jaman sekarang
lebih mendukung anak-anaknya untuk belajar bahasa asing ketimbang belajar
bahasa daerah. Alasanya mungkin, orang tua ingin anaknya memiliki “nilai lebih”
dalam menggunakan bahasa-bahasa asing khususnya.
Era Digital seperti ini memungkinkan
untuk setiap orang belajar maupun mendapatkan informasi dari manapun. Hal ini
mungkin yang menjadi pertimbangan orang tua untuk melatih anaknya belajar
bahasa asing. Di mana sekarang informasi digital banyak yang menggunakan bahasa
asing dalam tampilannya. Anak-anak muda sekarang juga dalam gaya berbicara
sering mencampurkan antara bahasa Indonesia dengan bahasa inggris, tujuannya
satu biar dibilang keren. Sewaktu
saya berjalan-jalan ke mall, saya pernah melihat seorang anak dengan ibunya yang sedang berbicara dengan bahasa inggris, padahal orang tersebut orang Pribumi. Meskipun saya tidak begitu paham dengan apa yang dibicarakan,
tetapi nampak dalam percakapan tersebut anak itu marah dengan ibunya, dan
berkata-kata kasar menggunakan bahasa inggris. Seketika orang disekitarnya
melihat percakapan anak dan ibunya itu, dengan tatapan yang tajam. Walaupun ada
yang mengerti atau tidak mengerti bahasa yang digunakan tersebut, dari
percakapan itu terlihat bahwa bahasa yang digunakan itu tidak menunjukan rasa
hormat anak terhadap ibunya.
Saya sendiri sangat setuju ketika kita
belajar banyak bahasa asing. Karena tujuan belajar itu adalah menambah ilmu.
Akan tetapi kita juga harus bijak dalam menggunakan bahasa asing yang kita
pelajari. Supaya kita bisa mendapatkan hal-hal yang positif dari apa yang kita
pelajari. Toh, bahasa asing juga menambah skill
kita untuk bisa berkomunikasi dengan baik pada orang-orang yang berada di luar
wilayah kita (Warga Negara Asing). Tetapi kita tidak boleh lupa juga dengan
bahasa daerah. Karena menurut saya, bahasa daerah khususnya bahasa jawa Krama inggil merupakan bahasa yang kaya akan
tata krama. Di mana dalam menggunakan bahasa ini kita dituntut untuk bisa
menyesuaikan diri dengan siapa lawan bicara kita. Unggah-ungguh dan sopan
santun dari menggunakan bahasa Krama inggil
ini sangat perlu diperhatikan. Artinya ketika kita berbicara dengan orang yang
dihormati atau yang lebih tua nada atau gaya bicara kita harus lemah lembut,
tidak menggunakan nada yang keras, gaya berbicara juga ditata, dan tetap sopan.
Karena Bahasa Krama, Kaya Tata Krama,
Mari Kita Pelajari Bersama.